Selasa, 15 Oktober 2013

Pengertian, Sejarah, Serta Dampak dari Makanan Siap Saji

Makanan Siap Saji

Apasih yang dimaksud dengan makanan siap saji dan apa saja contoh, sejarah serta apa bahaya dari makanan siap saji tersebut. Saya akan menjelaskan dari pertanyaan diatas.

Pasti dari kebanyakan orang yang sibuk di jakarta atau di semua negara sangat dekat dengan makanan siap saji, karena kita tidsk perlu repot repot untuk melalukan masak terlebih dahulu. Kita hanya datang ketempat makanan tersebut dan memesan makanan yang kita inginkan kepada pelayan yang ada ditoko. Lalu pelayan akan menyediakan makanan yang kita pesan dengan cepat.

Nah yuk kita bahas lebih lanjut lagi...

Makanan siap saji adalah istilah untuk makanan yang dapat disiapkan dan dilayankan dengan cepat. Sementara makanan apapun yang dapat disiapkan dengan segera dapat disebut makanan siap saji, biasanya istilah ini merujuk kepada makanan yang dijual di sebuah restoran atau toko dengan persiapan yang berkualitas rendah dan dilayankan kepada pelanggan dalam sebuah bentuk paket untuk dibawa pergi. Istilah "makanan siap saji" diakui dalam bahasa kamus bahasa Inggris Merriam-Webster pada 1951.

Penjualan makanan seperti ini bisa berupa kios yang mungkin tidak memiliki naungan atau tempat duduk, atau restoran siap saji (juga dikenal sebagai restoran layanan cepat). Operasi waralaba yang merupakan bagian dari rantai restoran telah membakukan bahan-bahan makanan yang dikirim ke masing-masing restoran dari pusatnya.

Persyaratan modal untuk memulai sebuah restoran siap saji relatif kecil. Restoran-restoran siap saji kecil yang dimiliki individu telah menjadi lazim di seluruh dunia. Restoran-restoran dengan rasio tempat duduk yang lebih banyak, yang pelanggannya dapat duduk dan membawa pesanan mereka ke meja untuk dimakan dengan suasana yang lebih mewah dikenal sebagai restoran siap saji kasual.

Sejarah
Meskipun restoran siap saji sering dilihat sebagai representasi teknologi modern, konsep "makanan yang siap dibawa" sama tuanya dengan kota-kota sendiri. Variasi-variasi yang unik dapat ditemukan dalam sejarah berbagai kebudayaan. Kota-kota Romawi kuno memiliki stand-stand roti dan minyak zaitun. Budaya Asia Timur memiliki toko-toko mie. Roti pipih dan falafel banyak dijual di toko-toko seperti ini di Timur Tengah. Makanan siap saji populer di India termasuk Vada pav, Papri chaat, Bhelpuri, Panipuri dan Dahi vada. Di negara-negara berbahasa Perancis di Afrika Barat, sementara stand-stand kaki lima di dalam dan di sekitar kota-kota besar terus menjual berbagai jenis makanan siap saji, sate yang dibakar, yang dikenal sebagai "brochette" (jangan dikacaukan dengan roti snack dengan nama yang sama di Eropa).

Britania Raya

Makanan siap saji telah ada di Britania Raya sejak setidak-tidaknya zaman Romawi, meskipun perbedaan antara menu makanan siap saji dan restoran-restoran siap saji kasual kadang-kadang tidak jelas. Sebelum zaman modern, makanan siap saji di negara ini termasuk pie daging dan pastri serta gorengan dan berbagai jenis kue.

Pada Abad Pertengahan di berbagai kota besar bisa ditemukan toko pie atau dapur-dapur yang menjual makanan seperti ini. Pub dan kedai minuman setempat juga memberikan berbagai jenis "makanan siap saji", meskipun tidak selalu tersedia cepat.

Amerika Serikat

Pada 1867, Charles Feltman, seorang tukang daging Jerman, membuka tempat penjualan hot dog pertama di Coney Island di Brooklyn, New York City, meskipun asal-usul istilah ini masih diperdebatkan. World's Columbian Exposition (Chicago 1893) dan St. Louis World's Fair pada 1904 disebut sebagai promosi masal pertama untuk sejumlah makanan yang siap dibawa, termasuk hot dog, kerucut es krim dan teh es.

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah McDonald's
McDonald's, rantai makanan siap saji terbesar di dunia dan merek yang paling sering dihubungkan dengan istilah "makanan d siap saji", didirikan sebagai sebuah restoran drive-in barbecue pada 1940 oleh Richard J. dan Maurice McDonald. Setelah menyadari bahwa keuntungan terbesar mereka berasal dari hamburger, kedua saudara ini menutup restoran mereka selama tiga bulan dan membukanya kembali pada 1948 sebagai sebuah stan dengan menu sederhana berupa hamburger, kentang goreng, milkshake, kopi, dan Coca-Cola, yang dilayankan dalam bungkusan kertas yang langsung dibuang. 

Hasilnya, mereka dapat memproduksi hamburger dan kentang goreng terus-menerus, tanpa menunggu pesanan pelanggan, dan menyajikannya dengan segera. Hamburger seharga 15 sen, sekitar setengah harga makanan lainnya. Metode produksi singkat ini, yang disebutnya "Sistem pelayanan kilat" (Speedee Service System) dipengaruhi oleh inovasi jalur produksi oleh Henry Ford.

Ini Bahaya Makanan Siap Saji:

Bisnis.com, JAKARTA - Kalangan dokter mengimbau kepada masyarakat untuk berhati-hati terhadap makanan siap saji seiring kandungan dalam jenis makanan tersebut berbahaya bagi kesehatan tubuh.

Erik Rohmando Purba, ahli penyakit dalam RSU Bunda Jakarta mengatakan, makanan siap saji cenderung banyak mengandung garam atau natrium berlebihan yang dapat menyebabkan darah tinggi bagi konsumen. 

"Apabila konsumen sudah menderita darah tinggi, sebaiknya membatasi asupan natrium sekitar 2.400 mg per hari. Melebihi  aturan  tentunya membuat kontrol tekanan darah tinggi menjadi tidak baik," tuturnya kepada Bisnis di Jakarta,  Selasa (20/8/2013).

Selain itu, makanan cepat saji mengandung kalori tinggi terutama dari gula yang berbahaya bagi penderita diabetes. Makanan cepat saji juga mengandung lemak trans yang lebih berbahaya dibandingkan dengan lemak lainnya. Jika dikonsumsi berlebih dapat menyebabkan penumpukan kolesterol dalam pembuluh darah dan dapat timbul serangan jantung koroner, stroke atau penyakit kardiovaskular lainnya.

Erik menjelaskan selama dirinya menjadi dokter penyakit dalam, banyak penyakit yang disebabkan oleh pola makan yang tidak benar. Apalagi gaya hidup jaman sekarang cenderung tidak sehat seperti jarang berolahraga, banyak merokok atau mengkonsumsi makanan yang tidak baik buat kesehatan.

“Lebih dari 60 pasien per hari di RSPI Sulianti Saroso Jakarta dan RSU Bunda Jakarta, mengidap penyakit dalam,” ujarnya. Menurutnya, penyakit dalam tersebut dipengaruhi banyak faktor, tentunya tidak hanya faktor makanan saja, sehingga sulit diprediksi seperti apa perkembangan penyakit dalam ke depannya.

Dia memberikan contoh, menurut penelitian menunjukkan bahwa gangguan kolesterol dipengaruhi oleh faktor makanan sebesar 30%, dan sisanya faktor genetik sebesar 70%. Sementara untuk diabetes disebabkan oleh faktor genetik  20% dan sisanya disebabkan faktor gaya hidup. "Tentu saja apabila kita tidak memperbaiki gaya hidup seperti jarang berolah raga serta banyak mengkonsumsi makanan tidak sehat seperti fast food, tentu saja risiko untuk timbulnya gangguan kesehatan atau penyakit pada kemudian hari menjadi semakin besar," ungkapnya.

Makanan siap saji sudah menjadi tren masa kini

Kesibukan bekerja dan tuntutan hidup lainnya membuat berkurangnya waktu untuk memasak lauk dan sayur untuk makanan sehari- hari. Pada akhirnya, banyak orang yang beralih ke makanan instan dan cepat saji, seperti makanan beku, makanan kalengan, dan makanan awetan. Makanan siap saji sekarang ini sudah menjadi gaya hidup, karena selain harganya terjangkau, makanan siap saji mudah diolah, cepat dan praktis, tahan lama, serta rasanya pun enak.

Berdasarkan hasil studi Kantar Worldpanel Indonesia, penggemar makanan beku seperti nugget, sosis, kentang siap goreng, bakso, dan lain- lain terus meningkat. Data ini didukung oleh naiknya jumlah pembeli yang mencapai 63 persen dari total rumah tangga urban di Indonesia, angka ini naik 8 poin dibandingkan dengan tahun lalu. Naiknya jumlah pembeli juga didukung oleh meningkatnya pengeluaran per rumah tangga sebesar 28 persen untuk kategori produk makanan beku, dari Rp. 100,000 setahun menjadi Rp. 128,000.

Dalam setahun, makanan beku dibeli rata- rata 11 kali, yang berarti hampir setiap bulan, setiap rumah tangga membeli makanan beku instan. Frekuensi pembelian ini meningkat secara signifikan jika dibandingkan dengan tahun lalu terutama untuk konsumen menengah ke bawah, sedangkan untuk masyarakat menengah ke atas frekuensi pembelian makanan beku tercatat lebih tinggi dari rata- rata yaitu 13 kali dalam setahun.

Dibandingkan dengan makanan beku, makanan kaleng dan awetan memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi dari sisi jumlah pembeli. Walaupun tahun lalu jumlah pembeli makanan kaleng dan awetan masih dibawah makanan beku, tahun ini jumlah pembeli makanan kaleng dan awetan sudah mencapai 68 persen dari total rumah tangga urban di Indonesia. Hal ini berarti pada tahun ini jumlah pembeli makanan kaleng dan awetan lebih tinggi daripada makanan beku. Pertumbuhan ini didorong oleh munculnya produk baru yaitu sosis siap makan yang sering dikonsumsi sebagai cemilan, namun tetap, ikan kalengan dan daging kornet mendominasi produk ini.

Dari kalangan rumah tangga muda tanpa anak, makanan kaleng dan awetan sangat digemari. Tahun ini saja 80 persen dari segmen tersebut merupakan pembeli dari makanan instan ini. Pada rumah tangga yang lebih dewasa, kecenderungan untuk membeli makanan kaleng dan awetan semakin berkurang. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh kecenderungan rumah tangga pasangan muda lebih menyukai sesuatu yang instan dan cepat, sedangkan perhatian rumah tangga yang lebih dewasa terhadap kesehatan lebih tinggi.

Oke kita sudah tau arti dan bahayanya dari makanan siap saji tersebut. Jadi bagaimana dengan Anda? Apakah Anda adalah salah satu dari penggemar makanan siap saji?

Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Makanan_siap_saji
http://lifestyle.bisnis.com/read/20130821/220/157868/ini-bahaya-makanan-siap-saji
http://www.kantarworldpanel.com/id/News/makanan-siap-saji-gaya-hidup


2 komentar: